Saturday, July 21, 2018

Sakit

Duhai Rabb, Engkau Maha Tahu apa yang kurasa. Engkau tahu apa yang kualami. Engkau tahu aku berusaha kuat. Aku tak ingin menyerah, putus asa. Tambahkan kekuatanku, tambahkan kesabaranku, tambahkan ketegaranku Ya Rabb. Hanya Kaulah yang memahamiku, mengerti hatiku.

Rabb, hapuskan sedihku.Hilangkan rasa sakit di hati. Sembuhkanlah. Ampuni segala dosaku. Maafkan aku. Bantu aku sadarkan mereka. Ya, mereka. Mereka yang membuatku sakit. Mereka yang tak sadar telah meretakkan hatiku. Menghancurkannya pelan-pelan. Hingga rapuh hatiku. Sakit! Sakit, sesakit-sakitnya. Mereka yang tak lain orang-orang terdekatku. Bukan kamu, bukan kalian. Justru mereka yang merusak hatiku.

Wahai Dzat Yang Maha Pengasih, Engkau tahu aku ingin bahagia bersama mereka, tapi sepertinya mereka tak ingin bahagia denganku. Tak ingin aku berburuk sangka, sama sekali tidak. Hanya saja rasaku berkata demikian. Aku merasa hanya ada satu yang betul-betul tulus mencintaiku, menyayangiku, dan mengasihiku. Ialah Kau. Sang Pemilik hatiku, Rajaku. Bahkan aku tak merasa ada cinta dari kalian untukku. Ya, kalian. Kalian yang kusebut kawan.

Mengapa mereka? Mengapa bukan kalian saja yang jadi ujian terbesarku? Mengapa orang-orang terdekatku? Ya sudahlah, Allah lebih tahu dariku. Terserah takdirNya saja. Meski kalianpun termasuk dari bagian ujianku. Aku berusaha tetap mencintai kalian, dan mereka khususnya. Meski semuanya tak lagi ada yang mencintaiku. Hanya Engkau yang masih mencintaiku, maka lagi-lagi kumohon kuatkan aku dengan segala rasa cinta yang Kau beri untukku. Agar aku tetap kuat meski harus sendiri melangkah menuju surgaMu.



23/09/2017

Puisi Untukmu

Apa kabar kamu?
Iya, kamu
kamu yang hadir di sini
di hidupku, di hatiku

Aku bingung mengapa kamu
kamu, kamu, dan kamu
yang selalu membayangiku
Padahal kita tak pernah jumpa

Kita tak pernah tahu
Kita tak pernah saling sapa
Kitapun tak pernah saling menatap
Lalu mengapa kamu?

Mengapa kamu mengisi ruang kosong ini?
Ruang kosong di hatiku
Siapa sih kamu?
Penjaga hati yang Ia kirim untukku?

Kamukah?
Tapi mengapa kamu?
Kamu yang entah siapa
Selalu datang di benakku, mengganggu fikirku

Aku tak bisa menyapamu
Aku tak mampu menatapmu
Aku tak tahu siapa kamu
Hanya puisi ini yang dapat kutulis untukmu



Bekasi, 27/08/2017 


Benci

Kaca-kaca di mata pecah sudah
Kenai pipi,
dan aku harus bagaimana?
Sudah enggan aku teriak

Hancur!
Mulai sesak dadaku
Mulai sakit hatiku
Enyahlah kebencian!

Berhentilah mengalir!
Berhenti basahi pipiku
Tenangkan aku Ya Rabb
Damaikan hatiku

Tak ingin aku menangis
Tapi tak bisa kubendung
Air mata terus mengalir
Deras dan makin deras

Wahai Dzat Yang Maha Daya
yang membolak balik hati,
ampuni aku
curahkan sabar yang banyak untukku

Agar aku tak perlu membencinya
Tak perlu marah padanya
Tak perlu menangis karenanya
Agar mampu maafkannya

Friday, July 20, 2018

Pulang

Fajar menyingsing di ufuk timur
pancarkan semburat senyum wajahmu
Manis.
Ya, manis dan tulus senyummu

Pagi itu kita bercengkrama
bersenda gurau bersama
Kau jua lafazhkan kalam-kalam suciNya untukku
hingga tiba senja menyeruak di khatulistiwa

Gulita datang menambah pekat cakrawala
Makin larut, air mukamu makin pasi
Kau sudah terlalu lelah rupanya
Lelah dengan segala beban yang kau simpan selama ini

Kau terlelap
Matamu terpejam rapat
namun air matamu terus mengalir
Dingin tanganmu kugenggam erat dan kuciumi

Kemarin hari terakhir kita bertemu
Waktu terakhir aku bersamamu ternyata
Kau telah pulang
Mengapa cepat sekali?

Aku tak percaya, sungguh
Aku masih ingin bersamamu, disampingmu
Apa daya, kau telah kembali padaNya
Tenanglah di sana karena aku terus mencintaimu, pak


eSPe