Beberapa pertanyaan yang kadang bikin nggak nyaman beberapa orang salah satunya adalah mengenai keluarga, seperti pernikahan, anak, dan lainnya. Kenapa itu bisa bikin nggak nyaman? Mungkin salah satunya karena mereka masih lama untuk melakukan hal tersebut atau emang belum kesampean juga untuk melakukannya padahal mereka pun udah kepengen banget begitu. Begitu gimana? Ya misalnya nikah, punya anak, nambah anak, traveling bareng suami ke tanah suci (aamiin...), dan macem-macem. Yang membuat pertanyaan itu terasa nggak nyaman di telinga sebagian orang sebetulnya bukan pertanyaannya, tapi pengulangan pertanyaan yang itu-itu aja yang bikin mereka jadi bosen dan agak kurang nyaman. Bosen dengernya, bosen jawabnya juga. Iya nggak?
Salah satu pertanyaan yang sering terlontar khususnya untuk para wanita yang sudah dewasa adalah tentang pernikahan. Kapan nikah? Kapan nyusul? Kapan sebar undangan? and so forth. Kalo yang cuek kayak aku sih santai nanggepinnya tapi nggak semua orang bisa kayak aku. Bisa aja mereka langsung keki dan nggak nyaman kalo terus-terusan ditanya soal pernikahan yang belum kunjung terlaksana oleh para wanita dewasa itu yang akhirnya bikin mereka jadi minder. Kasian nggak sih kalo sampe minder gitu? Apalagi kalo kita yang bikin mereka jadi minder dengan pertanyaan yang mungkin bisa menyudutkan si wanita.
Nah, beberapa waktu lalu aku pernah ditanya oleh seorang teman kerja yang usianya lumayan jauh di bawah aku. Temen cowokku itu nanya, "mbak kenapa belum nikah?"
Dengan jawaban khas aku, aku bilang, "tunggu dilamar".
Lalu dia masih tanya, "kapan dilamar?"
"Belum tahu." Jawabku
"Lah, suruh pacarnya ngelamar lah." Katanya begitu, padahal aku nggak punya pacar hahaha dan aku hanya diam saja.
"Kalo nggak dilamar-lamar nanti saya lamar nih." Eh yang ini becanda ya hehehe.
Iya, sudah seperempat abad aku hidup di dunia, dan memang sudah waktunya untuk berkeluarga tapi aku masih takut. Terlalu takut. Beberapa orang berpikir aku terlalu pilih-pilih dalam mencari pasangan. Betul emang, aku cari pasangan yang bisa bimbing aku dan keluarga untuk bisa istiqomah di jalan lurusNya, at least mau sama-sama terus belajar agama supaya pada ending hidup nanti kami bisa ketemu sama yang namanya 'husnul khotimah' (berat nggak sih bahasanya? Hahaha, atau hiperbolis? Abaikan!). Emang selektif dalam memilih jodoh itu nggak boleh ya? Padahal nggak hanya soal calon pasangan itu sendiri yang aku pikirkan.
Ada beberapa hal yang membuat aku belum mau memutuskan untuk menikah sampai saat ini. Dari mulai alasan rasional hingga irasional akan kusampaikan di sini. Sebetulnya aku enggan membaginya pada kalian, hanya saja aku pikir ini bisa jadi bahan renungan untuk kita semua, mungkin. Dan satu hal lagi, karena telingaku mulai lelah mendengar pertanyaan berulang, "kenapa belum nikah?" Bisa capek juga ya telinga ini, hahaha. Mudah-mudahan ini bisa membuka pikiran kita tentang perbedaan prinsip dan pandangan antara kalian yang sudah menikah dan kami yang belum (siap) menikah, termasuk untuk kalian yang sering bertanya tentang hal itu. Kenapa sih kok belum nikah padahal usia sudah cukup? Ini dia beberapa jawaban yang menjadi alasanku belum juga menikah. Baca baik-baik ya!
1. Belum menemukan yang tepat
"Emang yang tepat buat kamu yang gimana sih?" Yup, mungkin beberapa dari kalian akan bertanya seperti itu. Yang pasti yang bisa 'klik' di hati. Yang utama adalah sepaham dalam keimanan. Nah aku mau imam aku nantinya adalah orang yang paham ilmu agama dan tentunya ilmu itu berpedoman pada Allah dan RasulNya, yaitu Quran dan sunnah, nggak dikurangin dan nggak ditambahin pula. Karena aku bukan orang yang baik pemahaman agamanya, maka aku ingin punya imam yang bisa membantu memperbaiki agamaku. Setidaknya mau sama-sama terus belajar agama. Faith is the first. That's my truth. Hidup nggak selamanya di dunia fana ini. Akan ada saat di mana kita berpindah kehidupan dari dunia ke akhirat. Ini yang aku takutkan kalo aku pilih pasangan hidup hanya sekadar cakep atau baik aja karena baik aja belum tentu benar. Bukan berarti aku benar atau merasa paling benar. Justru karena aku sering banyak salah, maka aku ingin imamku nanti membenarkan yang salah dariku, tentunya sesuai ajaran agama. Muluk nggak sih? Maafkan jika terlalu muluk :D.
2. Sulit jatuh cinta
Aku adalah orang yang sulit jatuh cinta, sulit mencintai tapi lebih sulit lagi dicintai. Butuh waktu lama untuk aku tertarik atau lebih tepatnya benar-benar jatuh cinta pada seseorang. Mungkin bertahun-tahun. Aku bisa dengan mudah tertarik pada lelaki yang baik perangainya tapi belum tentu aku bisa mudah mencintai orang itu. Mungkin akan susah move on ya kalo aku udah jatuh cinta sama satu cowok karena aku butuh waktu lama untuk bisa mencintai orang itu. Jatuh cintanya sulit tapi sekalinya jatuh cinta nggak dibales cinta sama orang itu. Duuh rasanya move on pun sulit dilakukan, mungkin. Alhasil untuk memulai mencintai orang lain pun akan butuh waktu lama lagi. Hiper nggak sih? Maafkan aku yang hiperbolis ya, but that's a fact. Lha terus aku kudu piye?
3. Belum siap
Yup, aku merasa belum siap untuk menikah, meskipun sebetulnya aku juga ingin seperti teman-temanku lainnnya yang sudah berkeluarga. Kadang aku sedih melihat teman-temanku sudah menikah dan memiliki anak-anak sementara aku belum apa-apa. Bukan iri, aku hanya sedih karena belum bisa memberikan cucu untuk orang tuaku, belum bisa membahagiakan mereka. Namun aku masih takut untuk menikah, masih belum siap. Banyak hal yang aku rasa belum bisa aku lakukan khususnya ketika aku menikah nanti. Aku masih belum bisa ini, belum bisa itu, masih takut ini, masih takut itu. Aku merasa belum siap lahir batin. Masih banyak yang harus aku persiapkan untuk menjalani sebuah pernikahan, baik secara materiil maupun non materiil. Aku selalu merasa bahwa aku masih kecil. Susah ya jadi aku? Huuft...
4. Philophobia
Tahukah kamu philophobia? Beberapa waktu lalu aku mencari sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan ketakutan terhadap cinta atau fobia cinta. Lalu aku menemukan kata itu. Yup, philophobia. Entah kenapa aku takut dan terlalu takut jika berbicara tentang cinta. Cinta terhadap lawan jenis. Kalo ada teman atau keluarga yang ngebahas atau bertanya-tanya soal cowok, cinta, pacar, nikah dan sejenisnya aku ngerasa ketakutan dan deg-degan. Ini serius, aku deg-degan dan bener-bener ketakutan. Semacam ada rasa was-was atau cemas timbul di hati kecil. Kok bisa? Aku sendiri juga nggak tahu. Aku kasih contoh secara nggak langsung deh, misal aja via whatsapp ada temen yang nanya, "kamu udah punya calon belum?" atau "temen (cowok) aku mau kenalan nih. Boleh nggak?" atau "Mau nggak aku kenalin sama temenku? Dia lagi nyari calon nih." Duuh seketika aku langsung cemas dan deg-degan. Dan aku lamaaaa banget balesnya. Lama mikir gimana cara nolak yang baik biar nggak nyakitin orang yang udah niat baik mau bantu aku. Apalagi kalo pas lagi ngobrol tetiba ibuku ngebahas soal cowok atau nyerempet-nyerempet ke masalah keluarga dan pernikahan. Aduuh rasanya hati nggak karuan. Cemas, takut, deg-degan, gugup dan panik campur aduk jadi satu. Kalo udah gitu, aku langsung buru-buru ngalihin obrolan atau pura-pura ngambil sesuatu ke belakang untuk menghindar. Bukan karena risih atau nggak seneng, tapi karena rasa takut yang aneh. Bahkan untuk sekadar cerita di sini tentang segala yang ditanya ibu aja aku takut. Terlalu banyak hal yang aku takutkan sehingga aku selalu merasa belum siap untuk menikah. Aneh nggak sih? Apa ini wajar? Aku pikir ini hal yang irasional.
Bahkan ketika ada cowok yang aku suka, dan dia balik suka sama aku, aku jadi takut. Aku jadi canggung dan ngerasa heem takut kalo deket dia. Akhirnya rasa suka ke cowok itu berubah jadi rasa takut yang lumayan bikin aku jadi canggung kalo ketemu dia. Jadi waktu masih sekolah dulu ceritanya aku pernah suka sama temen sekolah. Yaa cinta monyet gitu lah. Nggak berlebihan sih, sekadar suka karena dia cukup pinter, baik, dan cukup humoris. Nah ketika ternyata si cowok juga suka sama aku dan mulai menunjukkan rasa ketertarikannya ke aku, aku malah jadi canggung. Aku takut, dan kalo dia deketin aku, aku malah selalu menghindar. Lalu setelahnya rasa suka itu malah mulai berkurang karena rasa takutku lebih dominan. Bahkan ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, mungkin kelas 6, aku pernah berdoa agar dikasih wajah yang biasa-biasa aja alias nggak cantik supaya nggak banyak cowok yang deketin dan isengin aku. Kurang lebih gini doanya, "Ya Allah hamba tidak perlu wajah cantik, beri hamba wajah yang biasa saja."
Nggak cuma waktu sekolah aja rasa takut itu muncul ketika ada cowok yang suka dan coba deketin aku (red: naksir). Sampai sekarang pun aku masih takut kalo ada cowok yang coba untuk deketin aku. Bahkan pernah ada cowok yang mau ta'aruf aja aku tolak karena aku merasa aku masih belum siap untuk nikah. Aku merasa masih takut untuk menikah. Makanya sampai sekarang aku masih jadi jommut alias jomblo sok imut, hahaha. Banyak hal yang aku takutkan dalam pernikahan. Bukan sebatas pada kekuranganku semata tapi juga kekurangan keluargaku, dan berbagai ketakutan lain yang hinggap di hati, membuat aku masih sangat takut untuk menjalani pernikahan. Buatku, menikah itu bukan hanya untuk aku dan pasanganku aja, tapi juga untuk kedua belah pihak dari masing-masing keluarga kami nantinya. Aku pikir aku egois jika aku hanya memikirkan kebahagiaanku semata. Aku juga perlu memikirkan kebahagiaan keluargaku, kebahagiaan pasanganku dan keluarganya nantinya. Entah aku terlalu takut atau terlalu banyak mau. Yang jelas kekuranganku yang banyak ini membuatku masih takut dan khawatir untuk menjalani pernikahan.
I know that no body's perfect. Mungkin beberapa dari kalian juga akan bilang begitu ke aku. Di dunia ini nggak ada yang sempurna, bahkan nggak ada yang abadi. Justru penyatuan dua insan lelaki dan perempuan ini akan saling melengkapi kekurangan mereka masing-masing nantinya. Namun kuharap kalian juga bisa mengerti dengan kekuranganku yang memiliki kecemasan berlebih terhadap cinta dengan lawan jenis. Eits, tapi jangan berpikir aku abnormal ya. Alhamdulillah aku masih normal kok. Masih ngincer cowok tulen, hehe. Aku hanya terlalu takut dan merasa belum siap, khususnya untuk meninggalkan ibuku yang kini sendiri tanpa bapak.
Jujur sebetulnya aku nggak khawatir soal kapan aku nikah. Salah satu sahabatku juga pernah bilang "kalo kita nggak dipertemukan sama jodoh kita di dunia, pasti Allah akan pertemukan kita dengan jodoh kita di akhirat kelak, insyaa Allah." Begitu kurang lebihnya dia kasih wejangan ke aku soal jodoh, hihi. Padahal you know what? Dia sendiri juga masih sendiri, haha. Yang aku khawatirin adalah ibuku karena dia udah kepengen banget liat aku nikah dan punya anak. Nah ini juga yang aku pengen sih, punya anak. Aku udah kepengen banget punya anak tapi aku masih takut untuk nikah. Saking kepengennya cepet punya anak, aku pernah berfikir jika ada wanita zaman sekarang seperti bunda Maryam, aku ingin menjadi sepertinya. Punya anak tanpa harus nikah dan tetap dalam keadaan suci. Tapi ya itu hanya sebatas imaji saja.
Itulah beberapa alasan kenapa aku belum nikah sampai sekarang. Mungkin beberapa dari mereka yang belum menikah juga memiliki masalah serupa denganku. Mudah-mudahan kalian bisa paham dengan kondisi ini, dan bisa kasih solusi terbaik untuk aku dan mereka yang juga punya masalah yang sama atau serupa denganku. Kamu perlu tahu kalo kami juga ingin seperti kalian yang memiliki keluarga bahagia dan harmonis. Doakan saja yang terbaik untuk kami semoga segera menyusul kalian ke jenjang pernikahan tanpa ada keterpaksaan (#soksweet :D).